Rabu, 17 Maret 2010

The Queen Seon Deok; Antara Cinta dan Amanah Seorang Pemimpin

Masih segar diingatan kita tentang kisah seorang dokter perempuan pertama di Korea, Dae Jang Geum yang difilmkan dengan judul Jewel in the Palace karya Kim Young Hyun. Sekarang penulis handal korea ini bersama dengan Park Sang Yeon, menulis lagi film yang tetap mengangkat tema feminisme dan kental dengan sejarah Korea kuno berjudul The Queen Seon Deok. Karya ini mengisakhan tentang Queen Seondeok yang terlahir sebagai seorang putri dari dinasti Silla yang kemudian akan memerintah sebagai Ratu atau penguasa dinasti Shilla pada tahun 632 s.d 647 M. Dia adalah penguasa ke-27 dan Kaisar wanita pertama dinasti Silla. Shilla sendiri merupakan salah satu dari tiga kerajaan terbesar di Korea yang bermula dari kerajaan kecil di Konfederasi Samhan. Pada tahun 660 Masehi Silla bersekutu dengan Dinasti Tang berhasil menaklukkan kerajaan Baekje serta Goguryeo pada tahun 668.

Pada masa Tiga Kerajaan di Korea, Deokman (nama Ratu Seondeok saat kecil) lahir sebagai anak kembar, tapi dia dibuang saat masih bayi. Dia kemudian kembali ke Kerajaan Silla, dimana dia bergabung dengan saudari kembarnya Putri Chonmyong melawan Lady Mi-shil yang punya rencana jahat untuk melenyapkan ke dua putri dari Kerajaan Silla. Dalam pertempuran, Putri Chonmyong dibunuh oleh Lady Mi-Shil. Tapi Putri Deokman dengan bantuan Jenderal Kim Yoo Shin berhasil melenyapkan Lady Mi-Shil. Dia akhirnya menjadi Kaisar wanita pertama kerajaan Shilla. Sebelum dia meninggal karena sakit yang dideritanya, dia telah benar-benar melaksanakkan semua tugas yang diembannya sebagai seorang Raja. Meletakkan dasar penyatuan 3 kerajaan, memajukan kerajaannya di semua bidang, mulai dari pertanian, budaya, dan pertahanan. Mendidik rakyatnya dengan mendirikan menara pengamat bintang sehingga mereka mampu menjadikan tanda alam sebagai ilmu untuk menyejahterakan rakyat. Termasuk mengakhiri banyak pemberontakkan yang terjadi selama masa pemerintahannya dengan tegas dan tanpa pandang bulu menghukum orang-orang yang melakukan pemberontakan terhadap kerajaannya.

Sebagaimana karya sebelumnya, Kim Young Hyun, berusaha mencitrakan sosok kepemimpinan perempuan secara piawai. Namun menariknya film ini tidak terletak pada banyaknya perempuan hebat di kerajaan Shilla seperti Deokman, putri Chonmyong dan Mi-shil. Karena pada masa kejayaan kerajaan Shilla, di Korea memang berlaku garis keturunan matrilineal di samping patrilineal dalam sistem sosial kemasyarakatan. Yang menarik dalam film ini bagi penulis adalah kisah cinta segetiga antara Kim Yoo Shin, Deokman, dan Bidam serta usaha Deokman (Ratu Seondeok) sebagai pemimpin untuk menyatukan tiga kerajaan Korea (Goguryeo, Baekje dan Silla) atau Shilla bersatu sebagaimana cita-cita leluhurnya. Dalam kisah ini sang ratu harus mengorbankan cintanya dan kasih sayang orang-orang yang ada di sekitarnya, demi menjadi pemimpin untuk rakyat Shilla.

Diceritakan bahwa Yoo Shin(panglima kerajaan Shilla) menaruh hati pada Putri Deokman, sang bakal ratu Shilla. Tetapi demi tahta yang harus diperjuangkan Putri Deokman guna melawan Mi-shil sebagai pihak yang berusaha menggulingkan kekuasaan keturunan raja-raja Shilla. Kim Yoo Shin hanya mampu mencintainya dengan melakukan semuanya, memberikan segalanya untuk sang calon ratu tersebut. Yoo Shin pun benar-benar mencintai sang ratu dengan mengabdikan diri sepenuhnya dan memperlakukan Deokman, seseorang yang dicintainya, sebagai seorang yang harus dihormati dan dipatuhi karena mengemban tugas besar sebagai seorang pemimpin. Begitupun dengan Putri Deokman, dia pun harus melalui jalan yang telah dipilihnya untuk menjadi calon Raja dengan menerima kenyataan bahwa orang yang mencintainya harus berkorban untuk hal itu juga. Dan itu membuat Sang ratu merasa kesepian karena orang yang mencintainya tidak bisa mencintainya dengan sepenuhnya sebagaimana orang-orang pada umumnya. Selain Yoo Shin, Bi Dam (ketua departemen keamanan kerajaan Shilla) yang merupakan putra hasil hubungan Mi Shil dengan Raja Jinji yang terbuang, juga menaruh hati pada sang Ratu dan begitupun sebaliknya sang Ratu terhadap Bi Dam. Dari sinilah, usaha Putri Deokman untuk menjalankan tugas kepemimpinannya dan menjadikan Shilla bersatu terhambat oleh kemelut perasaannya.

Dilema cinta menjadi semakin kusut oleh pemberontakan yang dilakukan oleh Bi Dam yang merasa tidak dipercaya oleh sang ratu dan kesal pada Kim Yoo Shin karena hasutan orang-orang di sekitarnya. Dalam pemberontakannya, Di Dam terbunuh justru pada saat Sang Ratu telah benar-benar mencintainya dan berniat melepaskan tahtanya untuk menjalani kehidupan bersama Bi Dam. Namun begitu, dalam keadaan tertekan atas berbagai peristiwa yang menderanya dan kisah asmaranya yang patah, Ratu Seon Deok, berhasil meletakkan dasar penyatuan tiga kerajaan atas bantuan Kim Yoo Shin dan teman-temannya.

Dari kisah ini, tergambar dengan jelas kisah cinta Bi Dam yang cenderung ingin memiliki dan membunuh semua potensinya untuk memperoleh perhatian dari sang ratu meski harus menggunakan usaha-usaha yang licik layaknya seorang pejabat yang senantiasa mencari perhatian atasannya dan mengabaikan akal sehat serta kepentingan orang banyak. Selain itu, Bi Dam juga binasa karena kelicikan sebagian orang yang memanfaatkan posisinya untuk meraih kekuasaan. Tokoh Kim Yoo Shin yang berhasil mengolah rasa cintanya menjadi lebih kreatif dan heroik sehingga tak memiliki alasan apapun untuk menuangkan rasa cintanya selain membela kepentingan negaranya. Yoo Shin menarasikan kehidupan seorang pembesar kerajaan yang peka terhadap kondisi negara dan jujur dalam bertindak. Hidup bisa sedemikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Demikianlah pesan yang dapat diambil dalam film ini.

Dari kisah tersebut, mata terbuka lebar tentang bagaimanapun hebatnya seorang pemimpin, jika tidak mampu mengolah rasanya dan mencampur adukkan kepentingan negara dan pribadi. Jalannya tidak mudah dan akan mendapat banyak kritikan dari rakyat sebagaimana pemerintahan Indonesia saat ini, yang cenderung mencampur adukkan segala kepentingan untuk kepuasan pribadi dan kelompok. Beruntung, Ratu Seondeok yang diperankan oleh Lee Yo Won, mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik dan merangkul segala masukan dari rakyatnya meskipun ia harus mengorbankan cinta pribadi demi kecintaan pada rakyatnya. Karena itu, dia sangat dicintai dan sangat dipercaya pula oleh rakyatnya. Semoga pemimpin kita saat ini pun demikian. Mampu menemukan kembali kepercayaan dari rakyatnya dan tidak terjebak antara romantisme cinta, serta kejayaan masa lalu dalam menjalankan amanah kepemimpinannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kritik apa saja yang anda lihat, rasa, dan pikirkan