Rabu, 10 Februari 2010

Mencari Fortuna Di Ujung Kubah

Memekik takbir membelah kubah
Memecah keriuhan senja yang baru saja dicumbui mega merah
Para pelancong spiritual berkejaran
Bersimpuh di atas ubin putih
Meretas jalan Tuhan, dalam sebungkus ambisi
Jeritan pada batin, memanggil gerimis menjelma hujan
Tangisan tumpah, memantul di mimbar wicara

Waktu enggan kembali
Fortuna pun menanti titah-Nya
Air mata menjalin bola kaca
Menggelinding, menghampiri pemulung kecil
Mendendangkan shalawat dalam gemerincing plastik bekas
Esok mencoba berdamai dengan rinai
Saat memutari pagar surau yang semakin menukik

Pelancong Tuhan menanti azimat
Sebagai imbalan bersujud dalam sabda-Nya
Tuhan menjadi saksi matinya hati
Sebab engkau tak perduli sesama
Bangkai saudara pun kau telan
Haknya tak kau beri
Kejar simpati kau poles ikhlas
Sebab cibir berwajah kembang gula
Keangkuh kau dewakan
Dia kau atas namakan
Di rumah-Nya kau berdagang topeng


Bulukumba, 10 Februari 2010 (Assalamu a’laikum, Islam Jangan Dijual; terinspirasi dari salah satu bukunya mas Eko Prasetyo)

Selasa, 09 Februari 2010

Gerimis Saat Kelam

Mendung, menggelayut di mata yang cerlang
Gelap menutupi celah-celah sinarnya
Gerimis sengaja kau dudukkan di kornea itu
Menjalin kisah air mata yang bisu

Dalam diam, nokta terukir di wajah meranum
Menampung titik-titik gelisah
Menjadi secawan ketakutan yang menikam
Membunuh sapaan cinta yang menjadi terlarang

Satu nyawa berlindung di rumah suci
Satu kata mesti tertucap tuk menjawab tanya
Satu laku, menjemput tanggung jawab
Dari peristiwa sesaat saat malam kelam
Menanti restu di ujung kegalauan

Bulukumba, 9 Februari 2010 (meretas kepedihan seorang gadis di suatu senja)

Senin, 08 Februari 2010

Seharusnya

Seharusnya
Tak terukir keresahan itu di pundakmu
Agar ia setegar karang
Membendung benturan-benturan peristiwa
Yang menghujam dari celah waktu

Seharusnya....
Tak terkisah lara itu di matamu
Agar setitik kristal tak retak
Menumpahkan oase bening
Yang menenggelamkan matahari

Seharusnya....
Kelam yang membuat langit mendung
Tersapu senyum putih
Dari barisan episode yang pernah terjalin

Seharusnya....
Kita belajar diam
Memaknai ketaksaan takdir
Yang membelah harapan
Tersenyumlah pada cerca
Kala menghujani bilik cinta
Impian seharusnya mekar
Menciutkan malam yang bertaring dingin

Seharusnya....
Jiwa bersandar dalam munajat
Yang mendenting di sepertiga malam
Menyusun air mata pada melodi suka
Menari bergandengan
Mencapai paradise yang seharusnya

Makassar, 23 Januari 2010 (buat matahari yang perlahan tenggelam)